Sabtu, 23 Mei 2009

(Berusaha) Mendokumentasikan Sebuah Proses Belajar

Beberapa bagian dari dokumentasi ini sudah saya sampaikan sebagai comment pada tanggal 18 Mei 2009.

Dalam. Itu satu kata yang cukup dapat diandakan untuk menggambarkan kesan saya terhadap elege-elegi yang Bapak buat. Saya tahu pasti, hanya yang memang telah menyelam ke bawah permukaan laut yang berisi banyak gunung es, dengan durasi dan frekuensi penyelaman tertentu, yang dapat meulis elegi-elegi semacam itu.

Inspiring. Content dari elegi-elegi tersebut memang menginspirasi. Mencerahkan. Terlebih, jika relevan dengan pengalaman hidup kita. Tapi, sekarang saya bisa mengatakan bahwa inspirasi tersebut kadang menjebak dan berubah menjadi mitos.

Memusingkan. Saya sering pusing dan bingung dengan content elegi-elegi tersebut. Tapi, bukankah itu tanda bahwa saya sudah pernah berpikir? Pada suatu episode, saya pernah merasa bahwa ritme pembuatan elegi itu terlalu cepat. Bahkan di suatu momen perkuliahan, otak saya benar-benar harus “ngoyo” susah payah untuk mencerna apa-apa yang disampaikan Pak Marsigit. Huff.. Tapi memang karena saya pernah berhenti beberapa lama, tidak berproses dalam mempelajari filsafat pendidikan matematika ini.

Saya tahu, ini adalah usaha Pak Marsigit untuk berusaha memahamkan kami terhadap filsafat pendidikan matematika. Maafkan kami, yang harus dipaksa dan disuruh-suruh menyimak elegi-elegi tersebut yang sejatinya adalah kebutuhan kami sendiri.

Saat ini mungkin saya belum menemukan apa yang seharusnya saya temukan, tapi saya yakin, dengan terus menyelam, kemungkinan untuk memperoleh tombak-tombak logos menjadi semakin besar.

Manusia tiada memperoleh selain dari apa yang diusahakannya. Maka, saya kemudian dapat mengidentifikasi apa yang saya dapatkan ketika saya berusaha dan apa pula yang saya dapatkan jika dengan usaha yang kurang atau bahkan tidak sama sekali. Dan itu sesungguhnya adalah sebuah pelajaran berharga untuk kehidupan.

Filsafat adalah sebuah ilmu. Filsalat adalah alat yang bisa dimanfaatkan siapa saja untuk membuat kehidupannya lebih bermakna. Seorang ilmuan, dosen, guru, pedagang, pialang saham, wirausahawan, siswa dan tentunya juga guru. Akhirnya, saya berdoa agar ketika saya menjadi guru nantinya, insya Allah, saya bisa memperbincangkan, bisa menerjemahkan dan diterjemahkan dan selalu berusaha untuk bisa melakukan hal-hal tersebut. Hingga saya mampu berusaha untuk menjadi seorang yang mengontrol laju kereta api pendidikan dengan helikopter yang saya naiki.