Senin, 17 September 2012
Cermin #3
Ada dua hal yang terpantul di cermin #3 kali ini.
Pertama, menjadi pribadi yang teguh.
Pribadi yang teguh, berusaha menggapai harmoni, alangkah butuh kekuatan untuk mewujudkannya. Ada banyak episode waktu dalam hidup yang memungkinkan diri kita menjadi pribadi yang disharmoni. Saat merasa enggan, saat menunda pekerjaan, saat terlambat dari waktu yang dijanjikan, saat merasa ada jarak dengan sahabat, semuanya adalah disharmoni.
Jika ada yang pernah menuliskan sebuah kisah mengenai sebuah porselen cantik dan proses pembuatannya, maka itu adalah gambaran terdekatku mengenai proses menggapai harmoni. Porselen itu tidak menjadi cantik hanya dengan sekali pembentukan, penghalusan, pemanasan. Ia juga tidak dibuat dalam waktu sekejab. Jika ia memilih berhenti dalam proses pembuatan dirinya itu, tentu tidak akan terbentuk sebuah porselen cantik, bernilai seni tinggi dan secara material berharga lebih pula.
Tidak ada yang menafikkan bahwa kita pernah merasa lelah dalam berolah pikir, saat berusaha merefleksi, membuat tesis, antitesis dan sintesis. Mungkin kita juga pernah meminta lebih banyak waktu agar dapat memikirkan beberapa hal. Tak mengapa, selama proses refleksi itu tidak berhenti, selama kita tak bersembunyi, selama kita tak menjadi mengalami missing link, karena sesungguhnya berhenti, bersembunyi dan missing link itulah disharmoni.
Kedua, hermeneutika dalam hidup.
Amboi, ternyata kehidupan adalah hermeneutika itu sendiri. Seorang suami yang sangat memperhatikan kesehatan istrinya yang baru mengandung, maka ia sesungguhnya sedang menerjemahkan apa itu kasih sayang seorang ayah. Ketika seorang mahasiswa memanfaatkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk belajar, maka sesungguhnya ia sedang menerjemahkan perjuangan orang yang menuntut ilmu. Ketika seseorang sadar akan kesalahan dan memperbaikinya, maka ia sedang menerjemahkan taubat. Ya,karena hermeneutika tak cukup dipelajari tetapi juga dilaksanakan.Ternyata juga bahwa apa yang ada dan yang mungkin ada dalam hidup ini adalah hermeneutika.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar